Tugu Perjuangan, Monumen Sejarah yang Terlupakan

Tugu Perjuangan di tengah pertigaan Jalan KH Agus Salim menjadi saksi bisu kisah perjuangan masyarakat Bekasi untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Foto: bekasiraya.co/Josep Lopi
Tugu Perjuangan di tengah pertigaan Jalan KH Agus Salim menjadi saksi bisu kisah perjuangan masyarakat Bekasi untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Foto: bekasiraya.co/Josep Lopi

BekasiRaya.co – Sekilas tugu yang berada di pertigaan Jalan KH Agus Salim, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat ini seperti penanda batas wilayah biasa.

Orang berlalu lalamng di jalan seperti tidak peduli atau bahkan tak menyadari keberadaan tugu yang sarat nilai sejarah ini.

Tugu yang memiliki tinggi keseluruhan sekitar 2,10 meter merupakan tugu peringatan perjuangan pejuang Indonesia dan masyarakat Bekasi untuk mempertahankan kemerdekaan melawan pasukan Sekutu dan Belanda.

Selain itu, sisi keunikan tugu di Jalan KH Agus Salim ini terletak pada kepala tugu yang ditancapkan sejumlah pecahan peluru meriam, mortir, granat tangan, senjata api laras pendek, dan beberapa selongsong peluru dan keseluruhanya merupakan asli peninggalan dari masa perjuangan silam.

Di bagian kepala Tugu Perjuangan ditanamkan pecahan peluru meriam, mortir, hingga senjata laras pendek. Foto: bekasiraya.co/Josep Lopi

Tugu yang berada di tengah pertigaan Jalan KH Agus Salim ini diberi nama Tugu Perjuangan.

Dinamakan demikian karena tujuan pembangunan tugu ini mengenang jasa para pahlawan yang berjuang bertaruh nyawa melawan Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia dengan dibantu tentara Sekutu sekaligus menjadi peringatan peristiwa tragedi Bekasi Lautan Api.

Dalam peristiwa berdarah tersebut hampir seluruh Kota Bekasi luluh lantak rata dengan tanah akibat dibombardir tentara Sekutu dari darat maupun dari udara, tidak terkecuali kawasan di sekitar Jalan KH Agus Salim saat ini.

Peristiwa Bekasi Lautan Api tak lepas dari rangkaian peristiwa jatuhnya sebuah pesawat Dakota sekutu yang berisikan sekitar 25 personel militer Inggris dari Mahratta Light Infantry.

Pesawat dengan tujuan Jakarta-Semarang itu terpaksa mendarat darurat setelah mengalami kerusakan mesin di sebuah kawasan di Rawa Gatel, Cakung, yang dulunya masih wilayah Bekasi, pada 23 November 1945.

Jatuhnya pesawat itu sontak jadi perhatian warga. Seperti halnya masyarakat saat ini yang acap berkerumun jika terjadi suatu insiden atau peristiwa, masyarakat di Cakung kala itu juga begitu. Namun kerumunan masyarakat itu dianggap seperti pengepungan oleh para personel Sekutu yang selamat.

Akibatnya, terjadilah tembak-menembak hingga akhirnya para korban selamat jatuhnya pesawat itu ditahan. Sayangnya, baik dalam perjalanan maupun dalam penahanan gerilyawan, masing-masing dari mereka hanya tinggal nama.

Peristiwa ini juga sempat jadi sorotan para koresponden perang asing yang dimuat di beberapa surat kabar, seperti The Argus (28 November 1945), serta Kalgoorlie Miner, The Sydney Morning Herald dan The Mercury (3 Desember 1945).

Baca juga: Delapan Jago Dihukum Gantung di Alun-alun Bekasi